Jumat, 10 Februari 2012

Yaa Alloh, Izinkan Hamba-Mu ini Bertaubat Nasuha

Assalamu'alaykum ...


Sobat Blogger yang di rahmati Alloh..tentunya dalam hidup ini kita sebagai manusia tidak luput dari yang namanya dosa. Ya, dosa. Sebuah kata yang sudah tidak asing bagi kita semua dan semua orang di dunia ini pasti pernah melakukan perbuatan dosa walaupun sekecil apapun, kecuali para Nabi dan Rosul yang telah di jaga oleh Alloh dari melakukan perbuatan dosa (ma'sum).  


Dalam menjalani hidup ini, kita sebagai ummat Islam wajib berpegang teguh terhadap ajaran Islam sesuai syari'at. Maka dari itu pesan dari Rosullloh ketika beliau hendak wafat adalah agar kita sebagai ummat beliau senantiasa berpegang teguh pada Al Qur'an dan As Sunnah agar kita selamat dunia dan akhirat.


Berbicara masalah taubat, seringkali kita dihadapkan dengan masalah keseriusan kita dalam bertaubat. Adakalanya kita ketika melakukan suatu perbuatan maksiat/dosa, kita lupa bahwasannya Alloh SWT Maha Melihat. Bisa dikatakan juga, ketika kita sedang melakukan perbuatan maksiat/dosa maka iman dalam diri kita itusedang tidak ada. Namun, setelah kita sadar dari melakukan perbuatan maksiat/dosa, perasaan menyesal itu menyergap dalam diri ini. Seolah-olah kita lagsung ingat kepada Alloh SWT untuk segera bertaubat. Tapi sayang seribu kali sayang, kebanyakan manusia ternyata belum bertaubat secara sungguh-sungguh (nasuha). Setelah mereka berbuat maksiat, lalu mereka bertaubat kepada Alloh SWT. Di lain waktu mereka mengulangi kesalahn yang sama dan kembali bertaubat.,begitu seterusnya...sampai manusia itu merasa malau sendiri karena telah berbuat maksiat lalu bertaubat kemudia mengulanginya lagi. Bisa dikatakan taubat yang demikian itu adalah"taubat sambal". 

"Yaa Alloh, Izinkan Hamba Bertaubat Nasuha"
Ya, kata-kata itulah yang sekarang penulis ingin terapkan dalm hidup ini. Pengalaman penulis dalam mengarungi hidup ini sangat bergejolak. Tantangan dalam menjalani hidup yang serba hedonisme, membuat penulis mengalami guncangan batin dan serangan godaan syahwat yang begitu terpampang jelas dalam hidup sehari-hari. Mulai kita dari bangun tidur sampai kita akan tidur lagi, goadaan nafsu dan syahwat di dunia ini semakin dahsyat menerjang kita. Hanya iman yang kuatlah yang bisa bertahan menjalani ujian dan cobaan ini. 

Sobat...marilah kita sejenak merenungkan dosa2 dan kesalahan kita selama ini. Berapa banyak dosa yang telah kita perbuat, berapa kali kita bertaubat kepada Alloh SWT. Berapa kali kita mengulangi kemaksiatan/dosa itu lagi. Sejauh mana kita sudah BERTAUBAT NASUHA kepada Alloh SWT???

Taubat dan Keutamaannya Menurut Islam
Kata dari “Taubat” dalam bahasa Arab berarti “kembali”. Dalam konteks Islam, Taubat adalah menjauhi apa yang Allah SWT larang kemudian kembali melakukan apa yang Allah SWT perintahkan.
Subjek dari taubat adalah seseorang yang beriman kepada Allah, dan hal vital bagi kaum Muslim untuk mengetahui bahwa keselamatan kita diakhirat berlandaskan taubat kita terhadap Allah, seperti firman Allah; “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”»[Qur’an, 24: 31].
Dan diayat lain Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”[Qs 2:222]
Ini menunjukkan betapa gembiranya Allah terhadap taubat hamba-hambanya. Juga, nabi Muhammad (saw) memberikan ilustrasi betapa besar kebahagiaan Allah terhadap taubat kita. Dalam sebuah hadis beliau saw, mengatakan:“Kebahagian Allah dengan taubat hamba-Nya lebih besar dari kebahagian seseorang yang menemukan kembali untanya yang penuh dengan barang-barang setelah hilang di padang tandus.”(Diriwayatkan oleh Anas dan di kumpulkan dalam Sahih Bukhari Vol 8, halaman 214 dan nomor, 321 dan Sahih Muslim vol 4, halaman 1434 nomor 6611)
Coba anda bayangkan, betapa gembiranya anda jika tiba-tiba anda menemukan kembali semua barang-barang anda yang hilang. Namun kegembiraan Allah lebih besar dikala mendapati hamba-Nya yang bertaubat kepada-Nya. Dan jika, manusia tiada lagi bertaubah kepada Allah, maka Allah akan menggantikannya dengan kaum lain yang bertaubah kepada-Nya.
Nabi saw, berkata: “Anda kamu tidak lagi melakukan dosa, maka Allah akan menggantikan kamu dengan kaum yang lain yang akan melakukan dosa, lantas meminta ampunan kepada Allah dan Allah akan mengampuninya.”(Diriwayatkan oleh Abu Ayub dan Abu Hurairah dan dikumpulkan dalam Sahih Muslim Volume4, Hal:1436-7, nomor:6620-2)
Masalah yang kita miliki sekarang ini adalah kita tidak lagi takut kepada Allah, yang artinya kita tidak lagi berfikir dua kali jika melanggar perintah Allah dan jatuh kedalam dosa. Pernyataan Ibnu Mas’ud ra, dapat dijadikan ilustrasi: “Orang beriman melihat dosanya seolah-olah dia sedang duduk dibawah gunung dimana ia takut gunung itu akan menibaninya, namun orang yang sombong menganggap dosanya seibarat seekor lalat yang terbang melewati hidungnya kemudian ia mengusirnya (kemudian Ibnu Mas’ud mengibaskan tangannya didepan hidunganya sebagai ilustrasi)(Sahih Bukhari. vol.8 hal.214 no.320).
Jangan pernah berputus asa:
Seseorang mungkin berkata,”Aku ingin bertaubat namun dosaku terlalu banyak.”Allah menjawab kalimat tersebut didalam Al Quran:“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[Az Zumar,39:53]
Oleh karenanya, janganlag putus harapan atau berhenti meminta ampunan-Nya. Masalah ini, amatlah penting sehingga nabi saw, pun dalam sebuah hadis mengatakan,“Oh umatku! bertaubatlah dan mintalah ampunan Allah, sesungguhnya aku meminta ampunan Allah seratus kali setiap harinya.(”Sahih Muslim vol.4 hal.1418 no.6523).
Taubat adalah ibadah yang amat besar nilainya dan akan menghapus dosa-dosa kita, sebagai mana nabi saw, mengatakan: “Seseorang yang bertaubat seperti orang yang tanpa dosa.”(Hasan -Diriwayatkan oleh Abu ‘Ubaidah ibn ‘Abdullaah & dikumpulkan oleh Ibn Majah Authenticated oleh al-Albani)
Hanya Allah yang dapat mengampuni dosa:
Pengampunan atas dosa-dosa kita adalah bukan sesuatu yang datang dengan sendirinya, namun sesuatu yang harus dicari dengan kerendahan hati dan dengan kesadaran. Pula, kita harus ingat bahwa hanya atas rahmat Allah lah manusia dapat masuki surga. Nabi saw, menganjurkan:“Lakukan kebaikan secara ma’ruf, dan dengan tulus tidak terpaksa, dan bukan karena amal kita yang akan memasuki kita ke surga.”Lantas sahabat bertanya,”Apakah ini berlaku pula bagimu wahai Rasulullah?”, Nabi menjawab.” ini berlaku pula kepadaku, kecuali Allah memberi ampunan-Nya kepadaku,”(Sahih Bukhari. vol.8 Hal.315 no.474).
Oleh karenanya di dalam Islam, keselamatan itu bermuara kepada amal dan harapan terhadap ampunan Allah, keduanya terkombinasi kedalam cara/gaya yang unik yang tidak akan ditemukan didalam sistem agama lain.
Lebih lanjut, hanya Allah yang dapat mengampuni dosa dan Allah tidak membutuhkan campur tangan pihak lain. Bukti ini ada dalam doa yang diajarkan nabi saw, kepada Abu Bakar ra, yang berbunyi:“Ya Allah, sesungguhnya aku telah berbuat dosa dan tidak ada yang dapat mengampuni aku selain Engkau.”(Sahih Bukhari vol.1 hal.442 no.776), Sahih Muslim (vol.4 hal.1419-20 no.6533).
Oleh karena itu adalah kesia-siaan yang mutlak meminta pengampunan kepada orang-orang yang bergelar “Santo”, orang salih atau bahkan kepada Nabi saw pun. Allah berfirman untuk menjawab orang-orang seperti demikian;“Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk (yang lemah) yang serupa juga dengan kamu. Maka serulah berhala-berhala itu lalu biarkanlah mereka mmperkenankan permintaanmu, jika kamu memang orang-orang yang benar.”( Al A’raaf :194)
Namun dibalik itu semua, hal yang terpenting janganlah kita berputus asa terhadap rahmat Allah. Tiada dosa yang terlalu besar untuk kembali bertaubah atau terlalu kecil. Janganlah memohon ampunan kepada siapapun.“Janganlah menganggap remeh dosamu, namun ingatlah kebesaran dari Tuhan yang telah engkau langgari perintah-Nya.”(al Baihaqi ‘Sh’abul Iman’ (5/430).
Wassallam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar