Jumat, 02 Maret 2012

My Epilog


“Tetap lah di jalan-Nya, sobat”. Kuletakkan HaPe setelah menghubungi seorang sahabat untuk sesuatu hal. Entah lah, di saat hati dan jiwa ini terasa keruh, tiba-tiba tangan ini dituntun untuk menekan tombol-tombol nomornya. Dan subhanallah, hari ini aku mendapatkan satu nasihat yang sangat berharga dalam hidupku.
Sebagai manusia, terkadang kita tidak sekuat yang kita banggakan, tak pernah sehebat prasangka sendiri, tak pernah setangguh bayang-bayang idealisme, tak pernah selalu benar. Karena justru pada saat kebanggaan, prasangka diri dan bayangan kehebatan itu menjadi tameng dalam menjalani kehidupan, sesungguhnya, semua itu adalah tameng yang semu, yang tak pernah sanggup menahan sebutir debu pun untuk mengelabui mata ini, yang tak pernah bisa mencegah sehelai duri halus menembus kulit kaki kita yang terus melangkah. Adalah manusia yang sombong, yang tak pernah mengharapkan seorang sahabat mengiringi dan membimbing setiap langkahnya meski hanya dalam do’a.

Manusia bukan malaikat yang tak pernah bisa tersentuh maksiat, yang tak mungkin berbuat khilaf, maksiat dan dosa, lebih banyak dari sudut yang gelap yang seringkali tak tertangkap mata kehadirannya, setidaknya oleh mata hati yang lengah. Kita bukan Rasulnya Allah beserta para malaikat setia mendampingi dan menjaga dari jalan yang salah. Dan yang pasti, kita bukan lah syaitan yang dengan izin Allah, ia senantiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Namun demikian, meski sebagai manusia, kita juga bisa bercahaya dan saling menerangi sesama, jika kita saling menasihati, mengingatkan dan saling menegur jika mendapati yang salah.
Tangan-tangan Allah, sentuhan para malaikat, bisa jadi tak secara langsung selalu kita rasakan. Dalam perjalanan mengarungi hidup, bukan tak mungkin salah, khilaf menyebabkan diri ini tergelincir bahkan terjerumus. Yang bahkan teramat sulit untuk kembali. Berjalan sendiri, bukan tak boleh, namun saat semakin derasnya hujan dan angin yang bertiup, bukankah kehadiran seorang sahabat dapat lebih membantu memegangi payung yang nyaris terbawa angin? Bertahan dalam badai topan mau pun banjir bersama sahabat, pasti lebih memberikan kekuatan dan kesabaran.
Lalu, masih sombong kah kita untuk bersikeras berjalan sendiri tanpa menghiraukan seruan-seruan dari orang lain? Masih egois kah diri ini untuk yakin tetap selamat tanpa mempedulikan nasihat-nasihat dari siapa pun? Percayalah, dari mana pun datangnya, jika ia membawa nasihat, teguran yang terkadang teramat pahit terasa, bahkan tamparan yang memilukan, namun jika untuk keselamatan kita, merekalah sahabat sebenarnya. Bersyukur lah Allah SWT masih berkenan menghadirkan mereka dalam hidup ini.
Wallohu'alam bisshowwab...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar