Jumat, 02 Maret 2012

Sepucuk Surat Untuk Jiwa Yang Tersembunyi


Assalamu’alaikum ..Akhi..
Semoga engkau suatu hari nanti entah kapan akan membaca suratku ini dalam keadaan tersenyum. Karena Alloh telah menghadirkan kembali rasa sayang serta Kasih-Nya kepadamu. Rasa yang sama saat kita bersama dahulu menjalani hari-hari penuh lelah, merangkai senyum dan keletihan. Namun kita menghimpunnya dalam penuh rasa cinta karena-Nya.

Akhi..sekali lagi aku menyapamu, untuk sebuah rinduku padamu. Apa kabarmu hari ini? Sedang apakah engkau disana? Pernahkah engkau merindukan saudaramu ini? Hampir satu tahun berlalu kita tidak bersua untuk merajut indahnya ukhuwah di antara kita. Hampir satu tahun pula kita sangat jarang berkomunikasi. Bahkan setelah aku meninggalkan kota tempat kuliah kita, kita hanya satu kali berkomunikasi. SMS, ya hanya SMS saja. Tidak lebih dari itu. Pernah terpikir olehku, apakah engkau sudah melupakan persahabatan di antara kita dahulu? Ataukah aku yang telah memutus tali silaturahim di antara kita?Ataukah juga di antara masing-masing kita sudah lupa akan persahabatan kita dahulu? Ah..semoga saja itu tidak benar. Dari tempat aku menulis surat ini, aku selalu berdoa dalam sholatku agar engkau di sana tetap teguh dalam keimanan yang bergelora seperti yang pernah aku lihat. Semoga juga Alloh SWT tak pernah hentinya mencurahan rahmat-Nya padamu. Semoga juga tali ukhuwah di antara kita tetap terjaga walaupun kita sudah sangat jarang berkomunikasi.


Akhi..Pernahkah terpikir oleh kita mengapa Alloh SWT mempertemukan kita dahulu? Adakah semua kenangan indah yang kita alami terjadi begitu saja. Aku tak kuasa membendung butiran air mata cinta bila merenungi semua ini. Masih ingatkah engkau pertama kali kita berjumpa. Ya..aku masih ingat jelas ketika kita berjumpa dalam suatu majelis yang mempertemukan antara aku dan engkau di sebuah tempat yang mulia, rumah Alloh, Masjid. Kita saling berta’aruf satu dengan yang lainnya. Dari situlah benih-benih cinta ukhuwah diantara kita bersemi.

Akhi..masih ingatkah engkau saat-saat kita menghabiskan malam untuk saling menasihatiku kala aku sedang futur, sedang gelisah, sedang bimbang.? Masih ingatkah engkau saat-saat kita mengisi malam-malam kita untuk halaqoh bersama saudara-saudara kita dan murrabi kita? Masih ingatkah engkau saat-saat kita menjadi panitia tatsqif di sebuah masjid yang memepertemukan kita? Masih ingatkah engakau saat-saat kita bersama berangkat halaqoh dengan membonceng motor antum. Kadang aku ngambek jika engakau tidak menjemputku. Namun, dengan bijak engakau menasihati diriku yang terkadang masih bersifat kanak-kanak. Masih ingatkah engkau ketika kita pernah riyadhoh bersama dengan berlari atau bersepeda.? Masih ingatkah engkau ketika kita saling bergantian “menraktir” makan di sebuah warung dekat kampus sehabis riyadhoh.? Masih ingatkah engkau dengan nasihat bijakmu saat menasihati aku..?Akhi...masih ingatkah engkau dengan saudaramu ini..??

Akhi...masih ingatkah engkau terakhir kali kita bertemu untuk terakhir kalinya? Ya, kita bertemu untuk terakhir kalinya juga di dalam sebuah masjid. Aku tak menyangka kalau hari itu kita bertemu untuk terakhir kalinya di kota itu. Suatu yang sangat tidak aku duga. Mulutku hanya mengucap sepatah dua patah kata saja saat itu. Tak ada kata-kata perpisahan di antara kita saat itu, karena aku juga tidak akan tahu kalau hari itu adalah hari terakhir kita berjumpa hingga sampai sekarang. Hal yang sangat aku anggap bodoh bagiku adalah ketika aku akan meninggalkan kota itu, tanpa sepatah katapun aku meminta berpamitan denganmu. Seakan aku saat itu telah melupakanmu. Suatu kesalahan besar bagiku yang aku sesali hingga kini.

Akhi...semoga jiwamu selalu terpancar cahaya keimanan. Bila bisa memilih, aku ingin selalu setia bersamamu, mendengarkan cerita-cerita indahmu nan bijak. Atau aku ingin selalu mendengarkan hiburanmu tatkala aku sedang duka. Engkaulah seorang  itu yang telah aku anggap sebagai sahabat paling dekat denganku di kota itu. Namun mengapa satu tahun sebelum kita berpisah kita sudah mulai jarang berkomunikasi ?Suatu pertanyaan yang aku sendiri sulit untuk menjawabnya. Karena faktor geografis kampuskah?.Ah..aku hanya menganggap bahwa kita sudah saling sibuk sendiri. Entah itu skripsi atau karena faktor kesibukan kita masing-masing, sehingga kita jarang lagi berkomunikasi dan berjumpa. Tapi, aku mengerti bahwa Sang Khaliq telah menyiapkan skenario terindahnya untuk kita, sehingga tak kurisaukan lagi takdir Alloh SWT tentang kita nantinya. Bisa mengenalmu saja aku sudah sangat bersyukur. Aku bersyukur karena Alloh SWT telah menghadirkan dirimu pada sepotong mozaik hidupku yang singkat ini. Sepotong bersamamu, mampu mencerahkan setiap langkahku. Engkaulah saudaraku...

Akhi...Sepucuk surat ini aku tuliskan untukmu. Kutulis surat ini dengan hati yang bergetar karena aku sangat rindu kepadamu. Setiap untaian katanya adalah kuntum-kuntum rasa rinduku yang teramat dalam kepadamu. Rindu yang sampai saat ini belum terobati. Rindu pada seorang saudara yang belum pernah aku temukan lagi sampai saat ini.

Akhi...Semenjak kita berpisah, aku telah mengenal banyak orang, bertemu macam rupa manusia. Namun, belum aku temukan satupun perasaan yang sama saat kita bertemu dahulu. Ada kehangatan jiwa yang aku rasakan, saat kita menertawakan kecerobohan kita sendiri, kau telah mengajari aku bagaimana agar kita tetap tersenyum meski keadaan terasa pahit.
Akhi...Kuharap engkau selalu dalam kebaikan di sana. Jagalah sholatmu, tilawahmu, serta lisanmu. Sehingga para malaikat menyaksikan engkau sebagai hamba-Nya yang sempurna dalam keimanan. Saudaraku, kuharap pula engkau selalu menjaga akhlaq mu dimanapun engkau berada, kepada siapapun. Aku harap juga engkau agar tetap istiqomah. Begitu juga diriku, kumohon agar engkau selalu mendoakanku. Agar kita bisa menjadi pribadi yang menawan karena akhlaq dan ilmu.

Akhi..Seterjal apapun perjalanan yang kau tempuh, sepahit apapun yang kau rasa. Ku mohon padamu janganlah berpaling dari cahaya-Nya. Yakinlah, bahwa engaku tak pernah sendiri. Alloh dengan segala kemurahan-Nya akan selalu membimbingmu, asal dirimu selalu menjaga waktu untuk selalu dekat pada-Nya.

Akhi...semoga hatimu selalu terpancar cahaya Ilahi, selalu ada ruang di hatimu untukku, karena kau pernah membimbing ku dengan bijak. Dan aku berharap semoga kita dapat bertemu kembali walau di tempat dan waktu yang berbeda, namun masih ada cinta di sana.

Akhi..Sepucuk surat ini aku tuliskan untukmu. Suatu saat entah kapan kuharap engkau akan dapat membaca tulisan suratku ini. Kalaupun engkau tak  pernah membaca surat ini, biarlah Alloh Yang Maha Tahu tempatku mengadu, karena pasti Ia mengetahui isi hati hamba-hamba-Nya. Kutulis surat ini dengan hati yang ikhlas, dengan hati dan jiwa yang yang basah karena rinduku padamu teramat dalam. Semoga rasa persaudaraan kita yang telah kita bina akan tetap terjalin dalam indahnya ukhuwah. Dan semakin semangat pula ikhtiar kita menuju jalan-Nya. Semoga Alloh SWT menghimpun kita di taman-taman surga-Nya kelak. Amiiin.....

Wallohu’alam bishowwab..


4 komentar:

Fahrie Sadah mengatakan...

Inilah kekuatan ukhuwwah.. ^^

Fitrianto mengatakan...

Ya..mas Fahrie..terimaksih banyak telah bersedia tukar link dengan saya...

Aisyah Al Farisi mengatakan...

semoga Allah mempertemukan lagi kelak.

Fitrianto mengatakan...

@ Aisyah: Amiin..^^

Posting Komentar