Senin, 16 April 2012

Kartini dan Islam

Bagi massyarakat Indonesia, tanggal 21 April adalah salah satu hari yang bersejarah bagi bangsa ini khususnya kaum perempuan. Ya..tanggal dimana RA. Kartini dilahirkan dan diperingati sebagai salah satu hari yang bersejarah  di Indonesia. Mengapa dapat dianggap bersejarah?? Karena Kartini "dianggap" sebagai pelopor perjuangan emansipasi perempuan di Indonesia. Kemudian, akhir-akhir ini nama Kartini dihubung-hubungkan dengan istilah kata feminisme. Namun apa yang terjadi dewasa ini, istilah emansipasi dan feminisme banyak disalah artikan orang-orang zaman sekarang. Dengan dalih emansipasi, kebanyakan perempuan telah teracuni pemikirannya. Sehingga banyak perempuan sekarang ini menyalahi kodratya sebagai seorang perempuan. Saya tidak akan membahas tentang masalah ini. Yang ingin saya sampaikan adalah bagaimana sosok seorang RA. Kartini yang ternyata beliau adalah seorang wanita yang sangat cinta terhadap agamanya, Islam. Dimana sosok Kartini dan keislamannya jarang atau mungkin bahkan tidak pernah kita dengar sama sekali dari pelajaran- pelajaran di sekolah. Hal ini mungkin dikarenakan ada pihak-pihak tertentu yang sengaja ingin menutupi dan menyelewengkan sejarah dari RA. Kartini tersebut.

Mengenai tentang perjuangan Islam-nya Kartini, mari kita simak dari surat-surat Kartini yang menurut saya sungguh luar biasa dan subhanalloh sekali. Ternyata zaman dahulu di tanah Jawa ini sudah ada sosok perempuan yang teguh dengan ajaran Islam ditengah-tengah kepungan adat istiadat Jawa yang sangat kolot dan penindasan kaum kolonialis Belanda yang terus berusaha menjauhkan umat Islam Indonesia khususnya di Jawa dari nilai-nilai Islam. Mari kita simak surat- surat Kartini;

Mengenai agamaku Islam, Stella, aku harus menceritakan apa? Agama Islam melarang umatnya mendiskusikannya dengan umat agama lain. Lagi pula sebenarnya agamaku karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, kalau aku tidak mengerti, tidak boleh memahaminya? Al-Quran terlalu suci, tidak boleh diterjemahkan kedalam bahasa apa pun. Di sini tidak ada orang yang mengerti bahasa Arab. Di sini orang diajar membaca Al-Quran tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya. Kupikir, pekerjaan orang gilakah, orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibacanya itu. Sama saja halnya seperti engkau mengajarkan aku buku bahasa Inggris, aku harus hafal kata demi kata, tetapi tidak satu patah kata pun yang kau jelaskan kepadaku apa artinya. Tidak jadi orang sholeh pun tidak apa-apa, asalkan jadi orang yang baik hati, bukankah begitu Stella? [Surat Kartini kepada Stella, 6 November 1899]

Menyandarkan diri kepada manusia, samalah halnya dengan mengikatkan diri kepada manusia. Jalan kepada Allah hanyalah satu. Siapa sesungguhnya yang mengabdi kepada Allah, tidak terikat kepada seorang manusia pun ia sebenar-benarnya bebas.[Surat Kartini kepada Ny. Ovink, Oktober 1900]

Supaya Nyonya jangan ragu-ragu, marilah saya katakan ini saja dahulu: Yakinlah Nyonya, KAMI AKAN TETAP MEMELUK AGAMA KAMI yang sekarang ini. Serta dengan Nyonya kami berharap dengan senangnya, moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja MEMBUAT UMAT AGAMA LAIN MEMANDANG AGAMA ISLAM PATUT DISUKAI . . . ALLAHU AKBAR! Kita katakan sebagai orang Islam, dan bersama kita juga semua insan yang percaya kepada Satu Allah, Gusti Allah, Pencipta Alam Semesta" [Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902]

Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlunya dan apa manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Al-Quran, belajar menghafal perumpamaan- perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya, dan jangan-jangan guru-guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepadaku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa, kitab yang mulia itu terlalu suci sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya. [Surat Kartini kepada E.E. Abendanon, 15 Agustus 1902].

Dan saya menjawab, Tidak ada Tuhan kecuali Allah. Kami mengatakan bahwa kami beriman kepada Allah dan kami tetap beriman kepada-Nya. Kami ingin mengabdi kepada Allah dan bukan kepada manusia. Jika sebaliknya tentulah kami sudah memuja orang dan bukan Allah.[kpd Ny. Abendanon, 12 Okt 1902]

Bagaimana pendapatmu tentang Zending, jika bermaksud berbuat baik kepada rakyat Jawa semata-mata atas dasar cinta kasih, bukan dalam rangka kristenisasi? . Bagi orang Islam, melepaskan keyakinan sendiri untuk memeluk agama lain, merupakan dosa yang sebesar-besarnya. Pendek kata, boleh melakukan Zending, tetapi jangan mengkristenkan orang. Mungkinkah itu dilakukan? [Surat Kartini kepada E.E. Abendanon, 31 Januari 1903]

Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu: Hamba Allah (Abdullah). [Surat Kartini kepada Ny. E.C. Abendanon, 1 Agustus 1903]

Subhanalloh...luar biasa sekali ternyata sosok Kartini. Mungkin diantara kita masih banyak yang belum mengetahui tentang sosok Kartini ini yang sebenarnya. Tahu ga? Sebenarnya, buku dari karangan Kartini yang berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang" sebenarnya berasal dari kata "Dari Galap Kepada Cahaya" ternyata diinspirasi dari QS. Al Baqoroh :257 yang salah satu petikan ayatnya berbunyi "minazh-zhulumaati ilan-nuur" yang artinya dari kegelapan-kegelapan (kekufuran) menuju cahaya (Islam)Sayangnya, istilah Dari Gelap Kepada Cahaya yang dalam Bahasa Belanda adalah Door Duisternis Tot Licht menjadi kehilangan maknanya setelah diterjemahkan oleh Armijn Pane dengan istilah "Habis Gelap Terbitlah Terang".

Kartini meninggal dalam usia muda 25 tahun pada tanggal 13 September 1904, empat hari setelah melahirkan putranya. Ia tak sempat belajar Islam lebih dalam. Andai saja, Kartini sempat khatam dalam mempelajari Al Qur'an, mungkin perempuan-perempuan di Indonesia ini akan banyak yang menggunkana busana Muslimah yang rapi dan sopan. Namun yang patut disayangkan, kebanyakan orang mengetahui Kartini hanyalah sekedar sebagai pejuang emansipasi wanita. Banyak orang yang tidak tahu sosok Kartini yang mencintai agamanya, Islam

Wallohu'alam..

13 komentar:

Fahrie Sadah mengatakan...

Subhanallah, ulasan yang bagus.. ^^

Hariyanto Wijoyo mengatakan...

subhanallah, semoga suri tauladan-nya dalam Islam menjadi contoh bagi yang lain :)

Fitrianto mengatakan...

@ Bang Fahrie: Terimaksih ^^

@ Bang Hariyanto: Amiin..semoga bermanfaat

Lala Khasanah mengatakan...

artikel yang bagus, sosok RA. Kartini patut di contoh bagi kita wanita indonesia.

Fitrianto mengatakan...

@ Lala: yup..benar sekali. Terimaksih sdh kunjung blog saya..:)

Kang Muroi mengatakan...

wah ,,sejarah yang kadang banyak orang yang lupa, sisi lain dari Kartini yang memang harus kita ketahui sob

trims infonya

Rohis Facebook mengatakan...

ringkas tp jelas sob... *smile

sayang beliau mati sebelum sempat memperdalam islam.., smg aja Allah mengampuninya...,Aamiin... tp yg pastix niatx tuk memperdalam islam sdh ada...

btw hny saran sob.., gmn klo setiap nukilan2 artikel yg sobat tulis gmn klo sobat mencantumkan sumber referensi, semisal dr situs ini atau dr tulisan tangan ini..., terima kasih...

Fitrianto mengatakan...

@ Muro'i: yup..benar sekali

@ RF: Amiin..Terimaksih atas sarannya...

Michael Angelo mengatakan...

apakah dijaman skrg msh ada sosok yg seperti Kartini sob?

aku follow sob, folback ya

Fitrianto mengatakan...

@ MA: Trmkasih sdh mampir ke blog sy. insya Alloh masih ada..cm mungkin g banyak org yg tahu..OK Follow balik sdh sukses ke 80..

Adi Bagus Indrianto mengatakan...

bener sekali gan, jaman sekarang jarang sekali ada yang seperti R.A. Kartini

Kang Muroi mengatakan...

silakan kunjungi lagi cara membuat spoiler sob, scriptnya dah diperbaiki, semoga berhasil

An mengatakan...

"Namun yang patut disayangkan, kebanyakan orang mengetahui Kartini hanyalah sekedar sebagai pejuang emansipasi wanita. Banyak orang yang tidak tahu sosok Kartini yang mencintai agamanya, Islam"
like this quote ^^

Posting Komentar