Kamis, 15 November 2012

Pisah..


Masih teringat jelas, kurang lebih 6 bulan yang lalu kuinjakkan kaki ini di tanah kelahiranmu. Dengan rasa malu-malu ku berkenalan denganmu. Awal mula ku merasa bahwa akan kujalani dakwah ini di daerahmu hanya seorang diri. Lama kelamaan ternyata ku mengenalmu, yang ternyata kita memiliki kesamaan dalam dakwah. Ku bersyukur dapat mengenalmu. Ternyata aku tidak sendirian dalam melanjutkan dakwah ini di daerah yang masih terasa asing bagiku. Aku  menemukan seorang teman yang sekaligus kuanggap sebagai kakakku sendiri.

Sambutan senyum ikhlasmu selalu menghiasi hari-hari ku dalam menjalani kerja dan dakwah ini. Canda tawa selalu menghiringi perjalanan dakwah kita. Dalam bekerja dan mengaji tak luput dari senyum ikhlasmu. Ku semakin bahagia dan bangga mengenal dan menjadi salah satu saudaramu. Kesederhanaanmu dalam memimpin dan mendidik istri dan anak-anakmu semakin membuatku bahagia sekaligus haru. aku harus banyak belajar darimu.

Enam bulan terlalu singkat ku mengenal dirimu. Enam bulan juga adalah waktu saat-saat kita semakin akrab dalam eratnya ukhuwah. Surat perintah mutasi sampai kepada diriku, memaksaku harus pindah meninggalkanmu serta teman-teman. Berat sekali diri ini harus berpisah denganmu. Engaku sudah kuanggap sebagai seorang saudara sekaligus kakakku sendiri. Aku tak percaya, aku sangat sedih, aku ingin menangis. Tapi apa daya diri ini, aku tak kuasa. Kita harus berpisah...!! Sedih, haru mewarnai hari-hariku menjelang kita berpisah.

Aku berpamitan pisah darimu. Sepanjang perjalanan menuju rumahmu, ku berusaha tegar menahan rasa haru dan sedih. Sekuat dan setegar apapun diri ini menahan perpisahan denganmu, air mata ini tak terbendung juga. Air mataku banjir meleleh membasahi pipi ini. Ku lihat engkau yang berusaha tegar, ternyata tak dapat menahan rasa haru dan sedih juga. Ku memelukmu. Air mata ini semakin deras. Melihat anakmu yang masih 3 tahun semakin membuatku haru. Aku menangis, aku sedih, aku haru, aku gagap dalam berbicara denganmu. Ku berjanji akan menjaga silaturahim kita, sering mengunjungimu di waktu luang, membelikan mainan untuk anakmu. 

Sepanjang perjalanan naik motor ku terus menangis. Kututup muka ini dengan helm dan masker. Tak ada seorangpun di luar sana yang tahu bahwa aku terus menerus menangis selama 1 jam lebih. Sampai sekarang aku masih sedih, haru karena kita harus berpisah. Kenangan bersamamu tak akan kulupakan

Ya Alloh..jagalah silaturahim di antara kita.. Amiin

Kan kuutuskan salam ingatanku 
Dalam doa qudusku sepanjang waktu
Ya Alloh bantulah hambaMu,
Senyuman yang tersirat di bibirmu
Menjadi ingatan setiap waktu
Tanda kemesraan bersimpul padu
Kenangku di dalam do'amu

Mencari hidayah daripadaMu
Dalam mendidikkan kesabaranku
Ya Alloh tabahkanlah hati hambaMu
Di atas perpisahan ini

(Brother - Do'a Perpisahan)





1 komentar:

Anonim mengatakan...

Perpisahan dengan sahabat dekat memang selalu mengharukan, ya.... Saya juga pernah mengalaminya.... :')

Posting Komentar