Assalamu’alaikum
..Akhi..
Semoga engkau
suatu hari nanti entah kapan akan membaca suratku ini dalam keadaan tersenyum.
Karena Alloh telah menghadirkan kembali rasa sayang serta Kasih-Nya kepadamu.
Rasa yang sama saat kita bersama dahulu menjalani hari-hari penuh lelah,
merangkai senyum dan keletihan. Namun kita menghimpunnya dalam penuh rasa cinta
karena-Nya.
Akhi..sekali lagi
aku menyapamu, untuk sebuah rinduku padamu. Apa kabarmu hari ini? Sedang apakah
engkau disana? Pernahkah engkau merindukan saudaramu ini? Hampir satu tahun
berlalu kita tidak bersua untuk merajut indahnya ukhuwah di antara kita. Hampir
satu tahun pula kita sangat jarang berkomunikasi. Bahkan setelah aku
meninggalkan kota tempat kuliah kita, kita hanya satu kali berkomunikasi. SMS,
ya hanya SMS saja. Tidak lebih dari itu. Pernah terpikir olehku, apakah engkau
sudah melupakan persahabatan di antara kita dahulu? Ataukah aku yang telah
memutus tali silaturahim di antara kita?Ataukah juga di antara masing-masing
kita sudah lupa akan persahabatan kita dahulu? Ah..semoga saja itu tidak benar.
Dari tempat aku menulis surat ini, aku selalu berdoa dalam sholatku agar engkau
di sana tetap teguh dalam keimanan yang bergelora seperti yang pernah aku
lihat. Semoga juga Alloh SWT tak pernah hentinya mencurahan rahmat-Nya padamu.
Semoga juga tali ukhuwah di antara kita tetap terjaga walaupun kita sudah
sangat jarang berkomunikasi.
Akhi..Pernahkah
terpikir oleh kita mengapa Alloh SWT mempertemukan kita dahulu? Adakah semua
kenangan indah yang kita alami terjadi begitu saja. Aku tak kuasa membendung
butiran air mata cinta bila merenungi semua ini. Masih ingatkah engkau pertama
kali kita berjumpa. Ya..aku masih ingat jelas ketika kita berjumpa dalam suatu
majelis yang mempertemukan antara aku dan engkau di sebuah tempat yang mulia,
rumah Alloh, Masjid. Kita saling berta’aruf satu dengan yang lainnya. Dari
situlah benih-benih cinta ukhuwah diantara kita bersemi.
Akhi..masih
ingatkah engkau saat-saat kita menghabiskan malam untuk saling menasihatiku
kala aku sedang futur, sedang gelisah, sedang bimbang.? Masih ingatkah engkau
saat-saat kita mengisi malam-malam kita untuk halaqoh bersama saudara-saudara
kita dan murrabi kita? Masih ingatkah engkau saat-saat kita menjadi panitia
tatsqif di sebuah masjid yang memepertemukan kita? Masih ingatkah engakau
saat-saat kita bersama berangkat halaqoh dengan membonceng motor antum. Kadang
aku ngambek jika engakau tidak menjemputku. Namun, dengan bijak engakau
menasihati diriku yang terkadang masih bersifat kanak-kanak. Masih ingatkah
engkau ketika kita pernah riyadhoh bersama dengan berlari atau bersepeda.?
Masih ingatkah engkau ketika kita saling bergantian “menraktir” makan di sebuah
warung dekat kampus sehabis riyadhoh.? Masih ingatkah engkau dengan nasihat
bijakmu saat menasihati aku..?Akhi...masih ingatkah engkau dengan saudaramu
ini..??
Akhi...masih
ingatkah engkau terakhir kali kita bertemu untuk terakhir kalinya? Ya, kita
bertemu untuk terakhir kalinya juga di dalam sebuah masjid. Aku tak menyangka
kalau hari itu kita bertemu untuk terakhir kalinya di kota itu. Suatu yang
sangat tidak aku duga. Mulutku hanya mengucap sepatah dua patah kata saja saat
itu. Tak ada kata-kata perpisahan di antara kita saat itu, karena aku juga
tidak akan tahu kalau hari itu adalah hari terakhir kita berjumpa hingga sampai
sekarang. Hal yang sangat aku anggap bodoh bagiku adalah ketika aku akan
meninggalkan kota itu, tanpa sepatah katapun aku meminta berpamitan denganmu. Seakan
aku saat itu telah melupakanmu. Suatu kesalahan besar bagiku yang aku sesali
hingga kini.
Akhi...semoga
jiwamu selalu terpancar cahaya keimanan. Bila bisa memilih, aku ingin selalu
setia bersamamu, mendengarkan cerita-cerita indahmu nan bijak. Atau aku ingin selalu
mendengarkan hiburanmu tatkala aku sedang duka. Engkaulah seorang itu yang telah aku anggap sebagai sahabat
paling dekat denganku di kota itu. Namun mengapa satu tahun sebelum kita
berpisah kita sudah mulai jarang berkomunikasi ?Suatu pertanyaan yang aku
sendiri sulit untuk menjawabnya. Karena faktor geografis kampuskah?.Ah..aku
hanya menganggap bahwa kita sudah saling sibuk sendiri. Entah itu skripsi atau
karena faktor kesibukan kita masing-masing, sehingga kita jarang lagi
berkomunikasi dan berjumpa. Tapi, aku mengerti bahwa Sang Khaliq telah
menyiapkan skenario terindahnya untuk kita, sehingga tak kurisaukan lagi takdir
Alloh SWT tentang kita nantinya. Bisa mengenalmu saja aku sudah sangat
bersyukur. Aku bersyukur karena Alloh SWT telah menghadirkan dirimu pada
sepotong mozaik hidupku yang singkat ini. Sepotong bersamamu, mampu mencerahkan
setiap langkahku. Engkaulah saudaraku...
Akhi...Sepucuk
surat ini aku tuliskan untukmu. Kutulis surat ini dengan hati yang bergetar
karena aku sangat rindu kepadamu. Setiap untaian katanya adalah kuntum-kuntum
rasa rinduku yang teramat dalam kepadamu. Rindu yang sampai saat ini belum
terobati. Rindu pada seorang saudara yang belum pernah aku temukan lagi sampai
saat ini.
Akhi...Semenjak
kita berpisah, aku telah mengenal banyak orang, bertemu macam rupa manusia.
Namun, belum aku temukan satupun perasaan yang sama saat kita bertemu dahulu.
Ada kehangatan jiwa yang aku rasakan, saat kita menertawakan kecerobohan kita
sendiri, kau telah mengajari aku bagaimana agar kita tetap tersenyum meski
keadaan terasa pahit.
Akhi...Kuharap
engkau selalu dalam kebaikan di sana. Jagalah sholatmu, tilawahmu, serta
lisanmu. Sehingga para malaikat menyaksikan engkau sebagai hamba-Nya yang
sempurna dalam keimanan. Saudaraku, kuharap pula engkau selalu menjaga akhlaq
mu dimanapun engkau berada, kepada siapapun. Aku harap juga engkau agar tetap
istiqomah. Begitu juga diriku, kumohon agar engkau selalu mendoakanku. Agar
kita bisa menjadi pribadi yang menawan karena akhlaq dan ilmu.
Akhi..Seterjal
apapun perjalanan yang kau tempuh, sepahit apapun yang kau rasa. Ku mohon
padamu janganlah berpaling dari cahaya-Nya. Yakinlah, bahwa engaku tak pernah
sendiri. Alloh dengan segala kemurahan-Nya akan selalu membimbingmu, asal
dirimu selalu menjaga waktu untuk selalu dekat pada-Nya.
Akhi...semoga
hatimu selalu terpancar cahaya Ilahi, selalu ada ruang di hatimu untukku,
karena kau pernah membimbing ku dengan bijak. Dan aku berharap semoga kita dapat
bertemu kembali walau di tempat dan waktu yang berbeda, namun masih ada cinta
di sana.
Akhi..Sepucuk
surat ini aku tuliskan untukmu. Suatu saat entah kapan kuharap engkau akan dapat
membaca tulisan suratku ini. Kalaupun engkau tak pernah membaca surat ini, biarlah Alloh Yang
Maha Tahu tempatku mengadu, karena pasti Ia mengetahui isi hati hamba-hamba-Nya.
Kutulis surat ini dengan hati yang ikhlas, dengan hati dan jiwa yang yang basah
karena rinduku padamu teramat dalam. Semoga rasa persaudaraan kita yang telah
kita bina akan tetap terjalin dalam indahnya ukhuwah. Dan semakin semangat pula
ikhtiar kita menuju jalan-Nya. Semoga Alloh SWT menghimpun kita di taman-taman
surga-Nya kelak. Amiiin.....
Wallohu’alam
bishowwab..
4 komentar:
Inilah kekuatan ukhuwwah.. ^^
Ya..mas Fahrie..terimaksih banyak telah bersedia tukar link dengan saya...
semoga Allah mempertemukan lagi kelak.
@ Aisyah: Amiin..^^
Posting Komentar